Thursday, March 22, 2012

Jenis Sujud - Sahwi-Syukur-Tilawah

Sujud bermaksud meletakkan dahi di atas tempat sujud.


Ada beberapa macam jenis sujud. Ada sujud yang merupakan bagian dari ibadah shalat sehingga ia termasuk salah satu rukun shalat. 
Yang termasuk jenis ini adalah sujud yang dilakukan sebanyak dua kali dalam setiap raka’at shalat. 
Di samping itu, terdapat  juga jenis-jenis sujud yang lain yang dilakukan karena faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya
seperti Sujud Sahwi, Sujud Tilawah dan Sujud Syukur. 

Sujud Sahwi 

Sujud Sahwi merupakan jenis sujud yang dilakukan manakala kita mengalami kelupaan di dalam shalat.
Adapun do’a yang dibaca sama seperti do’a yang dibaca ketika sujud di dalam shalat. 
Ia dilakukan karena terjadi empat sebab. 

Pertama, manakala kita lupa melakukan dududk tahiyyat awal. 
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayat­kan oleh Tujuah Imam Ahli Hadis
dari Abdullah bin Buhainah berkata, “Rasulullah saw mengimami kami dalam salah satu shalat, mendadak pada rakaa’t kedua beliau langsung berdiri tanpa duduk tahiyyat awal, maka kami juga berdiri mengikuti beliau. Kemudian ketika telah selesai tahiyyat akhir dan kami menantikan salamnya, tiba-tiba beliau takbir lalu sujud dua kali dalam posisi duduk (tahiyyat
akhir), kemudian salam”. 

Apabila seorang imam lupa melakukan tahiyyat awwal setelah dua raka’at shalat kemu­dian ia diingatkan oleh ma’mumnya sebelum ia sempurna berdiri maka hendaklah ia kembali duduk untuk melakukan tahiyyat awal. Sementara itu, apabila ia diingatkan oleh ma’mumnya pada saat ia sudah sempurna berdiri maka hendaklah ia tetap berdiri dan meneruskan shalatnya
kemu­dian melakukan sujud sahwi dua kali sebelum salam. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayat­kan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah dari al-Mughirah bin Syu’bah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, 
“Apabila salah seorang dari kamu berdiri setelah melakukan dua raka’at shalat sedangkan ia
belum sempurnya berdirinya maka hendaklah ia kembali duduk (untuk tahiyyat awal). Apabila sudah sempurna berdirinya, maka hendaklah ia tidak duduk dan melakukan sujud sahwi dua kali”. 

Kedua, ketika kita mengalami keraguan dalam menghitung jumlah raka’at shalat. Dalam keadaan demikian, kita dianjurkan untuk menghilangkan keragu-raguan itu dan mengambil yang kita yakini jumlahnya. Kemudian sebelum salam disunnah­kan melakukan sujud sahwi dua kali. Hal ini berdasar­kan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri berkata, Rasulullah saw bersabda, 
“Apabila salah seorang dari kamu ragu-ragu di dalam shalatnya sehingga ia tidak tahu berapa raka’at yang sudah ia kerjakan, tiga raka’at atau empat raka’at maka hendaklah ia buang
keraguan itu dan tetapkan yang pasti. Setelah itu, ia melakukan sujud dua kali sebelum salam. Apabila (ternyata) shalatnya menjadi lima raka’at, niscaya sujud sahwi itu telah menggenapkan shalatnya. Apabila shalatnya telah sempurna empat raka’at, niscaya sujud sahwi itu telah mengalahkan syaitan”. 

Sementara itu, apabila keyakinan atau kepas­tian jumlah raka’at itu tidak diperoleh sehingga kita masih mengalami keragu-raguan juga, maka hendaklah kita mengambil jumlah raka’at yang paling sedikit.Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari Abu Sa’id al-Khudri, “Apabila salah seorang dari kamu ragu-ragu dalam shalatnya sehingga ia tidak tahu berapa raka’at yang sudah ia kerjakan, tiga raka’at atau empat raka’at maka hendaklah ia buang keraguan itu dan tetapkan jumlah yang paling sedikit”. 

Ketiga, apabila kita meyakini jumlah raka’at shalat yang kita kerjakan itu ternyata kurang. Hal itu terjadi karena keyakinan kita sendiri atau juga karena diberi tahu oleh orang lain, maka hendak­lah melakukan sujud sahwi dua kali sesudah salam. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayat­kan oleh Jama’ah Ahli hadis dari Ibn Mas’ud bahwasanya Nabi saw melakukan
shalat lima raka’at kemudian beliau ditanya oleh para shabatnya, apakah shalatnya ditambah raka’atnya ?
Beliau menjawab, apa itu ?
Para sahabat menjawab,  Engkah telah shalat lima raka’at. Maka, beliau
melakukan sujud sahwi dua kali sesudah salam”. 

Keempat, apabila kita melakukan salam sebelum sempurna shalat kita. Dengan demikian, jumlah raka’atnya masih kurang. Dalam keadaan demikian, hendaklah kita menyempurnakan shalat kita yang kurang dengan cara menambah kekurangannya. Caranya, kita mulai dengan
takbir kemudian melakukan shalat sebanyak satu atau dua raka’at lagi sesuai dengan kekurangan raka’atnya kemudian salam. Setelah itu, kita melakukan sujud sahwi dua kali. 

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berkata, 
Nabi saw mengimami kami shalat Zhuhur dua raka’at kemudian salam, lalu langsung berdiri menuju kayu yang terletak di depan masjid sambil meletakkan tangan di atasnya.
Ketika itu di antara para jama’ah ada Abu Bakar dan Umar, tetapi keduanya merasa enggan untuk menegur atas apa yang telah dilakukan oleh Nabi saw. 
Banyak orang yang keluar dari masjid sambil berkata, Shalat telah diqashar. Di antara para jama’ah itu ada orang yang bergelar Dzulyadain. Ia berkata kepada Nabi saw, Ya
Nabi Allah apakah anda lupa atau memang shalat telah diqashar ? Jawab beliau, Saya tidak lupa dan shalat tidak diqashar. Para jama’ah berkata, Bahkan anda telah lupa ya Rasulallah. Kemudian beliau bersabda, benar Dzulyadain. Lalu beliau berdiri ke mihrabnya dan
shalat dua raka’at (menyempurnakan kekurangannya) kemudian salam, lalu takbir dan sujud seperti sujud yang biasa beliau lakukan atau lebih lama, kemudian duduk, lalu takbir dan sujud lagi seperti yang pertama atau lebih lama, kemudian takbir”. 

Sujud Tilawah 

Sujud Tilawah adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang karena membaca atau men­dengar bacaan ayat-ayat sajdah. Sujud Tilawah dapat dilakukan di dalam shalat atau di luar shalat. Caranya yaitu dengan takbir kemudin sujud satu kali dengan membaca do’a :
“Sajada wajhii lilladzii khalaqahuu wa shawwarahuu wa
syaqqa sam’ahuu wa basharahuu bihawlihi wa quwwatihi”.
Artinya, “
Wajahku tunduk kepada Tuhan yang menjadikannya, yang melukisnya, yang memberi
penglihatan dan pendengaran dapat dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya”. 

Hal ini berdasarkan firman Allah yang terdapat dalam surat Maryam : 58 yang berbunyi: “Apabila dibacakan  ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka
mereka sujud dan menangis”. 
Juga hadis-hadis Nabi saw di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Muslim dan Ibn Majah dari Abu Hurairah berkata, 
Nabi saw bersabda, 
Apabila seseorang membaca ayat sajdah lalu sujud, maka menyingkirlah syaitan dengan menangis sambil berkata, sungguh celaka, manusia diperintah sujud lalu sujud, tetapi aku membangkang, maka bagiku neraka”. 

Apabila kita shalat berjama’ah kemudian imam membaca ayat sajdah kita baru disunnahkan melakukan sujud Tilawah manakala imam melakukannya. 
Sebaliknya, apabila imam tidak melakukannya kita tidak boleh melakukan sujud Tilawah sendirian karena kita sebagai ma’mum wajib mengikuti imam. 

Adapun ayat-ayat sajdah itu berjumlah 15 ayat, yaitu :
al-A’raf [7] : 206, ar-Ra’d [13] : 15, an-Nahl [16] ;
49, al-Isra’ [17] : 107, Maryam [19] : 58, al-H ajj
[22] : 18, al-H ajj [22] : 77, al-Furqan [25] : 60,
an-Naml [27]: 25, as-Sajdah [32] : 15, Shad [38] : 24,
Fushshilat [41] : 37, an-Najm [53] : 62, al-Insyiqaq
[84] : 21 dan al-‘Alaq [96] : 19. 


Sujud Syukur 

Sujud Syukur yaitu sujud yang dilakukan manakala kita mendapat nik’mat dari Allah swt. atau terhindar dari suatu marabahaya. Sujud ini dilakukan di luar shalat.
Sebagai ungkapan terima kasih kita kepada Allah, kitaucapkan al-hamdulillah (segala puji bagi Allah )kemudian sujud syukur. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Barra’ bin Azib bahwasanya Nabi saw mengutus Ali ke Yaman – lalu
menyebutkan bunyi hadis – berkata Barra’, Lalu Ali mengirim surat tentang masuk Islamnya penduduk Yaman.
Tatkala Rasulullah saw membaca surat itu, bersujudlah beliau karena bersyukur kepada Allah atas masuk Islamnya mereka”. 

Dalam sujud Syukur kita dianjurkan untuk memperbanyak do’a.  Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa
Rasulullah saw bersabda, “
Paling dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah pada waktu ia sedang sujud. 
Oleh karena itu, perbanyaklah do’a”. 

Wallahu a’lam bish-shawab
http://muhammadiyah-tabligh.or.id/modules.php?name=Sections&sop=printpage&artid=81



........